Apa yang membuat sakit hati tambah parah, kehilangan kesenangan masa depan, atau refleksi hilangnya kenangan indah?
Saya rasa sedikit ke keduanya. Tapi lebih ke terakhir.
Kamu tahu akan berakhir tapi kamu tetap melakukannya. Kamu tahu itu akan hancur dan terbakar tapi kamu tetap menyalakan api. Itu semua tentang membakar dengan hidup karena kematian akan mengubahu menjadi debu.
Kata ini bisa digunakan ke beberapa aspek kehidupan atau untuk masalah itu, bahkan melampauinya. Semuanya ada akhirnya tapi kamu mau memperpanjang titik akhirnya. Kamu mau itu berlanjut, terus dan menerus. Mereka ngomong untuk menikmatinya sampai akhir tapi saat menyiksa seperti itu membuatmu berpikir kalau setimpal kalau kamu memulainya di awal-awal. Tu akan berakhir dan mulai menyakitkanmu dari pinggir. Kenangan kecil menusuk itu mendekat ke hati. Kamu dipukul tapi kamu mulai merasa berat dari dalam, khususnya hati itu. Seperti lubang hitam yang mengambil semua ha dan tidak melepaskan apa”. Itu suar dari harapan tapi saat berakhir, itulah salah satu tempat terakhir di mana kamu akan mendapat harapan.
Nikmati perjalanannya mereka bilang, itu semua keren tapi lagi pula, kita tahu bahwa di akhirnya, semuanya gelap. Itu bukan takut akan kematian, kematian gampang. Itu semua tentang bertahan hidup, bertahan melampaui ujungnya.
Manusia sembuh, mereka setidaknya mencoba. Dengan keyakinan kuat di harapan dan iman, kita semua menapak bersama tapi jauh di dalam, disana terletak harta karun keraguan. Permukaannya biasanya lembut seoerti katun tapi di bawah setiap kita penuh dengan gejolak pasang dari kegelisahan dan pertanyaan, baik suka maupun duka. Kita meihat yang suka dengan senyuman di bibir dan yang duka dengan perasaan pasrah tapi dengan keduanya, semuanya berhamburan di pipi. Saya berbicara untuk semua yang naif, tapi jika itu bukan kasusnya, jawabannya akan telah diteruskan.
Balik lagi ke akhirnya, apa yang terjadi di dalam tidak kekurangan keajaiban. Semuanya berliku dan merusak hati. Seperti memeras dan mengambil semua tenagamu dari benda merah kecil sampai kam tersisa dengan kehampaan. Bukan, mereka bukan dementor atau hall fiksi; itu adalah apa yang kita bisa lakukan ke diri kita sendiri. Kemenangan yang keren dari hati ke otak; saat dimana logika tidak ada perlawanan. Mencoba susah payah tapi yang tersisa adalah rasa lelah dan mencari resort dari waktu. Waktu melkukan yang terbaik tapi memproses dengan pelan, tanggung jawab tetap ada di makhluk yang tidak terlalu jatuh di dalam dirinya. Hati selalu bisa membuat dorongan kecil dan waktu, menjadi (juga) hal yang fleksibel, memperpanjang dirinya tanpa usaha. Dan kamu didorong kembali ke jalan penyembuhanmu.
Tapi akhirnya, menjadi makhluk yang gigih kita, kebanyakan dari kita berlayar melalui pasang yang kasar dan melahap akhirnya. Kita kehilangan bagian dari kita selamanya di dalam diri kita tapi kita suka untuk yakin itu membuat kita lebih kuat. Kita tahu itu hanya kebohongan tapi, itulah bagaimana kue hancur. Itulah bagaimana kita mati, inci demi inci, itulah bagaimana kita hidup kematian yang indah setelah kematian. Bertahanlah!