Bagaimana rasanya memiliki fobia sosial?
Banyak orang yang tidak percaya dan menganggap keberadaan beberapa jenis fobia adalah bohong. Hal ini tentu tidak bisa dibenarkan karena setiap manusia memiliki ketakutannya sendiri.
Sehubungan dengan fobia, apakah kamu pernah mendengar kata fobia sosial? Fobia sosial yang bahasa kerennya dikenal dengan nama social anxiety disorder adalah sebuah keadaan psikologis yang membuat pengidapnya merasa tersiksa dan menderita jika harus melakukan komunikasi dengan orang lain atau terjebak dalam suatu keadaan yang melibatkan interaksi sosial dengan masyarakat. Perlu diketahui, penderita fobia sosial sangat banyak, disebut-sebut sebagai nomor tiga terbesar di dunia.
Atau kamu memiliki teman yang menderita penyakit ini? Jangan anggap remeh fobia sosial, karena sang pengidapnya bukan sekedar pemalu atau tidak mau. mereka memang merasa tidak sanggup dan merasa tersiksa juga dengan keadaan seperti ini.
Nah, untuk mengetahui lebih dalam lagi mengenai teman-teman yang mengidap fobia sosial, mari simak ulasan berikut ini.
Mengidap Social Anxiety Disorder
Bagaimana rasanya mengidap fobia sosial? Mari lihat contohnya:
- Panik ketika harus menelepon seseorang atau mendapatkan telepon.
- Tidak suka ketika harus pergi sendiri, karena jika kita sendirian kita (rasanya) akan menjadi pusat perhatian.
- Tidak suka ketika harus makan atau melakukan apapun di depan orang lain, yang membuat orang tersebut melihat ke arah kita.
- Ketika berada di tengah orang banyak, kita sangat khawatir akan pakaian kita, cara kita bicara, berjalan, dan yang lainnya. Kita khawatir akan pikiran orang lain terhadap kita, yang mungkin orang lain itu sendiri tidak peduli.
- Kita mungkin orang yang sangat lembut dan pengasih, tapi kita tidak dapat mengekspresikan perasaan kita.
Pada dasarnya, orang-orang yang memiliki fobia sosial selalu merasa ketakutan atas tudingan, pikiran, dan evaluasi negatif dari orang lain yang akan membuatnya merasa tertekan, dipermalukan, dan akhirnya depressi. Namun penderita fobia ini tidak selalu orang-orang pendiam yang pemalu dan selalu mengurung diri, ada banyak orang-orang extrovert yang juga mengidap fobia ini.
Umumnya, social anxiety disorder adalah sesuatu yang berkembang dalam diri seseorang karena dipicu oleh suatu kejadian di masa lalu, ketika seseorang dipermalukan dan dihina di depan umum karena penilaian yang salah dari orang lain.
Maka, meskipun terkadang mereka tahu bahwa tidak ada yang salah dengan diri mereka dan tahu bahwa rasa takut yang dirasakan sangat berlebihan dan tidak beralasan, mereka tidak dapat mengendalikannya karena sangat takut akan dipermalukan.
Awal mula terpicunya fobia sosial dalam diri seseorang biasanya terjadi pada usia 13 tahun. Maka dari itu, keberadaan social anxiety disorder pada usia yang begitu muda ini akan terus tumbuh dan berkembang seprti parasit, yang kemudian akan membuat si penderita merasa sulit untuk melakukan rutinitas sehari-hari seperti pergi ke sekolah, kantor, atau bahkan kampus, gagal dalam wawancara pekerjaan, serta kesulitan dalam berteman
Selain itu, gangguan kecemasan sosial juga bisa disebabkan oleh kombinasi dari faktor genetik dan lingkungan. Masalah gangguan kecemasan sering menurun di keluarga, meskipun penjelasan ilmiahnya belum diketahui.
Gejala Fobia Sosial
Menarik untuk diketahui, ada beberapa gejala fobia sosial, baik fisik maupun perilaku, yang dialami oleh seorang pengidap fobia sosial. Gejala fisik seperti:
- Sakit perut atau mual, misalnya ketika berbicara dengan orang lain
- Nafas pendek-pendek seperti gugup
- Tubuh dan suara gemetar
- Dada sesak dan jantung berdebar cepat
- Keringat berlebihan
- Pusing
Sementara itu, gejala perilakunya adalah:
- Selalu membatasi interaksi sosial dengan orang lain
- Menghindari tatap mata
- Berdiam diri atau bersembunya agar orang lain tidak menyadari keberadaannya
- Meminum alkohok atau merokok sebelum melakukan sesuatu yang berhubungan dengan orang lain sebagai usaha untuk menenangkan diri
Pengobatan Fobia Sosial
Kita beruntung karena fobia sosial atau social anxiety disorder dapat diobati dengan melalui beberapa proses tertentu. Ada dua metode populer yang bisa dilakukan, yaitu dengan obat resep dari dokter dan psikoterapi atau cognitive behavioral therapy (CBT).
Proses dalam CBT atau psikoterapi yang paling utama adalah mengubah pola pikir dan kebiasaan penderita melalui sesi diskusi dan mengobrol dengan psikiater. Namun bagaimanapun juga sesi ini hanya bisa dilakukan setelah penderita memang dinyatakan positif menderita fobia sosial melalui diagnosa medis.
Diagnosa medis tidak hanya penting untuk mengetahui apakah seseorang memang mengidap fobia sosial, tapi juga untuk mengetahui tingkat keparahan gangguan ini. Jika tingkat keparahannya diketahui, maka akan lebih mudah bagi psikiater untuk menentukan tindakan yang harus dilakukan selanjutnya.
Sebagai tambahan, seseorang yang positif menderita gangguan kecemasan harus berusaha untuk mengubah gaya hidupnya, seperti:
- Belajar untuk tenang ketika gejala-gejala mulai menyerang
- Berusaha meyakinkan diri sendiri dengan cara berpikir realistis
- Berusaha menghadapi ketakutannya, berusaha menjalin hubungan sosial dengan orang-orang yang memiliki hobi atau kesukaan serupa
- Menghindari isolasi terhadap diri sendiri
- Belajar cara-cara untuk menenangkan pikiran seperti terapi yoga dan meditasi
Sejalan dengan proses ini, penderita juga sebaiknya meminum obat dari dokter untuk mempercepat penyembuhan dan hasilnya juga akan lebih baik.
Selain obat dan CBT, diketahui ada juga metode dialectical behavioral therapy (DBT) yang mrupakan kebalikan dari CBT. Jika CBT cenderung berusaha menolak diri sendiri dan berubah agar menjadi lebih baik, maka DBT adalah usaha untuk menerima diri sendiri.
DBT berfokus pada usaha untuk menoleransi perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan. Dengan metode DBT, biasanya terapis akan meminta pasien untuk menyebutkan hal-hal apa saja yang membuatnya tidak nyaman, karena kecemasan akan muncul ketika kita merasa tiak sanggup untuk mengendalikan situasi.
Sebagai contoh, misalnya si pasien tidak suka berada ditengah khalayak ramai. Maka terapis akan memintanya untuk sering pergi ke tempat ramai seperti gym dan supermarket. Penderita fobia sosial akan merasakan gejala-gejala yang tidak menyenangkan, tapi ia harus menerima dan mengendalikannya sendiri. Pasien harus membiarkan dirinya merasa gugup, berkeringat, mual, atau apapun itu.
Meskipun agak aneh, namun banyak pasien yang menyatakan bahwa penerimaan diri sendiri ini membantu mengurangi gangguan kecemasan sosial yang mereka alami.
Dalam memilih CBT atau DBT, tiap orang tentu memiliki perbedaan dan jenis terapi pun harus disesuaikan dengan individu tersebut. Terapis atau psikiater pasti akan mampu memberikan masukan dan memilih jalan terbaik untuk pengobatan pasien.
Jika ada orang terdekat kita yang menunjukkan gejala-gejala fobia sosial, ada baiknya jika kita segera mencari bantuan medis secepatnya, karena semakin cepat ditangani, akan lebih mudah untuk ditangani dan kita bisa mencegah berkembangnya gangguan yang lebih parah lagi.
Bekonsultasilah kepada seorang ahli yang telah terjamin dan bersertifikat dengan perasaan lapang dan pikiran terbuka, maka jika hasil diagnosanya adalah positif, kita bisa menghadapinya dengan baik. Dan selalu pastikan untuk mendampingi mereka, mereka tidak akan bisa menghadapinya sendirian.